Tinggal hitungan hari, bulan ramadhan akan tiba, bagi umat islam bulan ini
adalah bulan yang ditunggu-tunggu karena merupakan bulan yang penuh maghfirah
(pengampunan), namun walau demikian tentu tidak akan terjadi begitu saja tampa
ada usaha yang tercermin dari sikap dan tingkahlaku kita. Jika melihat dari penetapan muhammadiyah, 1 ramadhan
1434 jatuh pada tanggal 9 juli 2013. Tentunya bagi umat muslim yang beriman
akan melaksanakan puasa, karena berdasarkan perintah yang maha kuasa apabila
sudah datang bulan ramadhan maka diwajibkan kepada orang-orang yang beriman
untuk melaksanakan puasa dalam bulan tersebut, sebagai mana tertulis dalam
firman allah swt “Hai orang-orang yang
beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa”. (baca QS 2:183)
Jika kita mengacu pada ayat diatas secara gamblang tentu saja bagi kita
yang sudah tahu bahwa apa yang tertulis dalam al-qur’an merupakan wahyu dari
allah swt yang harus di laksanakan, namun walau demikian tentu setiap apa
menjadi perintanya ada hikmanya, ini barangkali perlu kita ajukan sebuah
pertanyaan kenapa ada perintah puasa? Apa hikamh dari berpuasa?
Berangkat dari
pertanyaan tersebut, ayat diatas bisa kita pahami bahwa, Allah meletakkan
rahasia di dalam hukum-hukumnya, menaruh hikmah di dalam peraturan-peraturannya,
dan tujuan-tujuan dalam ciptaannya. Dalam rahasia, hikmah, dan tujuan itu
terdapat hal-hal yang bisa ditangkap akal dan hal-hal lain yang membingungkan
manusia. Tentang puasa, Allah menyatakan, “Hai para mu’min! Diwajibkan
bagi kalian berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan kepada kaum mu’min sebelum
kalian, agar kalian mencapai derajat takwa.”
Nah, Berdasar (ayat)
itu, puasa adalah (salah satu) cara membentuk keshalihan dan takut terhadap
Allah. Dengan demikian, orang yang berpuasa adalah orang yang paling dekat
dengan Allah ( patuh ajarannya). Perutnya menjadi lapar tapi hatinya menjadi
bersih. Ketika ia berbuka dengan makan dan minum, matanya basah oleh tangis.
Kata Rasulullah kepada
kaum muda, “Wahai pemuda! Bila kalian sudah mampu menikah, menikahlah; karena
(menikah) itu memelihara pandangan dan melindungi aurat (dari zina). (Tapi)
bagi yang belum siap menikah, maka berpuasalah; karena puasa itu adalah perisai
baginya (dari zina). Puasa mengecilkan lambung dan pembuluh darah. Keduanya
adalah jalur bagi masuknya setan. Dengan puasa, jalur itu dipersempit. Lebih
jauh, hal itu melemahkan segala hasrat tubuh, pikiran dan godaan untuk
melakukan pelanggaran. Keadaan itu juga meringankan jiwa.
Puasa mengingatkan
setiap orang akan saudara-saudaranya, yang juga berpuasa, yang di antara mereka
ada yang miskin dan butuh bantuan. Karena berpuasa timbulah empati terhadap
mereka, sehingga terulurlah tangan untuk memberikan bantuan.
Puasa adalah sekolah
untuk melatih jiwa, membersihkan hati, menjinakkan mata dan melindungi anggota
badan. Ada rahasia antara hamba dengan tuhannya. Dalam sebuah hadits shahih
Rasulullah mengatakan, “Segala amal Anak Adam (manusia) adalah untuk diri
mereka sendiri, kecuali puasa. Puasa itu untukku, dan akulah yang memberikan
imbalannya.” Maksudnya, hanya Allah yang tahu nilai puasa seseorang. Sangat
berbeda dengan amal-amal yang lain seperti shalat, zakat, dan haji, yang bisa
dilihat orang lain.
Orang-orang shalih
terdahulu mengakui bahwa puasa adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Bagi banyak orang, puasa juga dianggap sebagai sarana persaingan dan
musim untuk berbuat baik. Mereka melonjak senang ketika bulan Ramadhan datang,
dan menangis ketika ia pergi. Nenek moyang kita tahu hakikat puasa; karena itu
mereka mencintai Ramadhan dan berusaha melakukan berbagai pengorbanan yang
tiada tara di bulan ini. Mereka bangun di malam-malamnya, rukuk dan sujud,
merendahkan diri sedemikian rupa, sambil berurai airmata. Mereka melalui
siang-siangnya dengan berzikir, melafalkan hafalan Al-Quran, belajar,
berda’wah, dan memberi nasihat.
Puasa adalah sumber
kesenangan dan kedamaian batin bagi kaum Muslim masa lalu. Puasa
melegakan dada mereka. Karena itu, mereka melatih jiwa untuk mencapai
tujuan-tujuan puasa, membersihkan hati dengan hikmah-hikmahnya, dan
mendisiplinkan jiwa mereka dengan kebijaksanannya. Banyak riwayat menegaskan
bahwa mereka terbiasa duduk bertekun di masjid-masjid, membaca Al-Quran,
mengulang hafalan, menangis, mengamankan lidah dan mata dari
perbuatan-perbuatan haram. Puasa menjaga persatuan Muslim. Mereka makan sahur
dan berbuka dalam waktu yang sama. Mereka merasakan derita lapar dan kemudian
makan bersama-sama dengan semangat persaudaraan, cinta, dan pengabdian.
Rasulullah pun mengatakan, “Dari Jum’at ke Jum’at, dari ‘Umrah ke ‘Umrah, dan
Ramadhan ke Ramadhan terdapat ‘kendali’ yang menjamin tidak adanya dosa-dosa
besar yang dilakukan.”
Dari segi fisik, puasa
meningkatkan kesehatan badan. Puasa mengusir zat-zat pengotor (perusak) tubuh,
meringankan perut, membersihkan darah, memudahkan kerja jantung, mencerahkan
pikiran, memperbaiki jiwa, dan membentuk sifat disiplin. Ketika seseorang
melakukan puasa, jiwanya merendah, hatinya pasrah, ambisi-ambisinya terkendali,
dan segala hasrat badaninya tersingkir. Dengan demikian, doa-doanya terkabul
karena kedekatannya dengan Allah. (kepatuhan terhadap ajarannya)
Ada rahasia besar dalam
puasa: yaitu pengabdian terhadap Allah dan pencarian ridhanya dengan kepatuhan
terhadap perintah-perintahNya dan ketaatan terhadap hukum-hukumnya, dengan
mengabaikan keinginan-keinginan pribadi, (khususnya) untuk makan dan minum.
Dengan demikian, puasa berarti kemenangan seorang Muslim atas hasrat-hasratnya,
keunggulan seorang Mu’min atas dominasi batin (subyektifisme-nya) sendiri.
Itulah separuh sabar. Siapa yang berpuasa tanpa alasan yang baik (benar), dia
tak akan bisa mengendalikan diri atau menaklukkan nafsu-nafsunya.
Secara keseluruhan,
puasa adalah latihan hebat bagi jiwa, untuk membuatnya mampu menanggung beban
dan menunaikan tugas-tugas seperti jihad, berkorban dan tampil sebagai
pemimpin. Maka ketika Thalut hendak memerangi musuh-musuhnya, Allah menguji
pasukannya dengan sebuah sungai. Thalut berkata kepada mereka, “Awas, sekarang
Allah akan menguji kalian dengan sebuah sungai. Siapa yang meminum airnya, maka
dia bukan pengikutku. Sebaliknya, siapa yang tidak meminum airnya, itulah
pengikutku yang sebenarnya. Tapi mudah-mudahan Allah memaafkan dia yang hanya
meminum secidukan tangannya.” (baca QS. 2:249). Siapa yang bersabar dan
mengendalikan hasrat-hasrat badaninya, dialah orang yang berhasil. Sebaliknya,
siapa yang memuja hasrat-hasrat dangkalnya, berarti memalingkan diri dari
jihad. (perang melawan nafsu).
Dengan demikian, hikmah
puasa bisa kita simpulkan, bahwa Puasa menyadarkan seseorang akan kehadiran
Tuhan, kepatuhan terhadap perintah-perintahnya, dan penaklukan atas
hasrat-hasrat badaninya. Puasa menjamin keungulan atas nafsu dan membuat si
Muslim siap menghadapi situasi-situasi yang menuntutnya untuk berkorban. Puasa
menjamin dirinya untuk mengontrol anggota tubuh dan hasrat-hasratnya. Menjamin
kesehatan badan dan mencegahnya dari berbuat salah. Puasa juga menimbulkan
kebersamaan, persaudaraan, dan rasa empati kepada mereka yang lapar serta
membutuhkan bantuan. Hidup saling berkepedulian. Semoga hikmah itu bisa kita
laksanakan dikehidupan.
Catatan:
Pernah di terbitkan di media cetak Tanjungpinang Pos Bulan Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar