Minggu, 28 Juli 2013

HIKMAH DIBALIK PERINTAH BERPUASA.



Tinggal hitungan hari, bulan ramadhan akan tiba, bagi umat islam bulan ini adalah bulan yang ditunggu-tunggu karena merupakan bulan yang penuh maghfirah (pengampunan), namun walau demikian tentu tidak akan terjadi begitu saja tampa ada usaha yang tercermin dari sikap dan tingkahlaku kita.  Jika melihat dari penetapan muhammadiyah, 1 ramadhan 1434 jatuh pada tanggal 9 juli 2013. Tentunya bagi umat muslim yang beriman akan melaksanakan puasa, karena berdasarkan perintah yang maha kuasa apabila sudah datang bulan ramadhan maka diwajibkan kepada orang-orang yang beriman untuk melaksanakan puasa dalam bulan tersebut, sebagai mana tertulis dalam firman allah swt  “Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (baca QS 2:183)

Jika kita mengacu pada ayat diatas secara gamblang tentu saja bagi kita yang sudah tahu bahwa apa yang tertulis dalam al-qur’an merupakan wahyu dari allah swt yang harus di laksanakan, namun walau demikian tentu setiap apa menjadi perintanya ada hikmanya, ini barangkali perlu kita ajukan sebuah pertanyaan kenapa ada perintah puasa? Apa hikamh dari berpuasa?
Berangkat dari pertanyaan tersebut, ayat diatas bisa kita pahami bahwa, Allah meletakkan rahasia di dalam hukum-hukumnya, menaruh hikmah di dalam peraturan-peraturannya, dan tujuan-tujuan dalam ciptaannya. Dalam rahasia, hikmah, dan tujuan itu terdapat hal-hal yang bisa ditangkap akal dan hal-hal lain yang membingungkan manusia.  Tentang puasa, Allah menyatakan, “Hai para mu’min! Diwajibkan bagi kalian berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan kepada kaum mu’min sebelum kalian, agar kalian mencapai derajat takwa.” 

Nah, Berdasar (ayat) itu, puasa adalah (salah satu) cara membentuk keshalihan dan takut terhadap Allah. Dengan demikian, orang yang berpuasa adalah orang yang paling dekat dengan Allah ( patuh ajarannya). Perutnya menjadi lapar tapi hatinya menjadi bersih. Ketika ia berbuka dengan makan dan minum, matanya basah oleh tangis.
Kata Rasulullah kepada kaum muda, “Wahai pemuda! Bila kalian sudah mampu menikah, menikahlah; karena (menikah) itu memelihara pandangan dan melindungi aurat (dari zina). (Tapi) bagi yang belum siap menikah, maka berpuasalah; karena puasa itu adalah perisai baginya (dari zina). Puasa mengecilkan lambung dan pembuluh darah. Keduanya adalah jalur bagi masuknya setan. Dengan puasa, jalur itu dipersempit. Lebih jauh, hal itu melemahkan segala hasrat tubuh, pikiran dan godaan untuk melakukan pelanggaran. Keadaan itu juga meringankan jiwa.
Puasa mengingatkan setiap orang akan saudara-saudaranya, yang juga berpuasa, yang di antara mereka ada yang miskin dan butuh bantuan. Karena berpuasa timbulah empati terhadap mereka, sehingga terulurlah tangan untuk memberikan bantuan.

Puasa adalah sekolah untuk melatih jiwa, membersihkan hati, menjinakkan mata dan melindungi anggota badan. Ada rahasia antara hamba dengan tuhannya. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah mengatakan, “Segala amal Anak Adam (manusia) adalah untuk diri mereka sendiri, kecuali puasa. Puasa itu untukku, dan akulah yang memberikan imbalannya.” Maksudnya, hanya Allah yang tahu nilai puasa seseorang. Sangat berbeda dengan amal-amal yang lain seperti shalat, zakat, dan haji, yang bisa dilihat orang lain.
Orang-orang shalih terdahulu mengakui bahwa puasa adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bagi banyak orang, puasa juga dianggap sebagai sarana persaingan dan musim untuk berbuat baik. Mereka melonjak senang ketika bulan Ramadhan datang, dan menangis ketika ia pergi. Nenek moyang kita tahu hakikat puasa; karena itu mereka mencintai Ramadhan dan berusaha melakukan berbagai pengorbanan yang tiada tara di bulan ini. Mereka bangun di malam-malamnya, rukuk dan sujud, merendahkan diri sedemikian rupa, sambil berurai airmata. Mereka melalui siang-siangnya dengan berzikir, melafalkan hafalan Al-Quran, belajar, berda’wah, dan memberi nasihat.

Puasa adalah sumber kesenangan dan kedamaian batin bagi kaum Muslim masa lalu. Puasa  melegakan dada mereka. Karena itu, mereka melatih jiwa untuk mencapai tujuan-tujuan puasa, membersihkan hati dengan hikmah-hikmahnya, dan mendisiplinkan jiwa mereka dengan kebijaksanannya. Banyak riwayat menegaskan bahwa mereka terbiasa duduk bertekun di masjid-masjid, membaca Al-Quran,  mengulang hafalan, menangis, mengamankan lidah dan mata dari perbuatan-perbuatan haram. Puasa menjaga persatuan Muslim. Mereka makan sahur dan berbuka dalam waktu yang sama. Mereka merasakan derita lapar dan kemudian makan bersama-sama dengan semangat persaudaraan, cinta, dan pengabdian. Rasulullah pun mengatakan, “Dari Jum’at ke Jum’at, dari ‘Umrah ke ‘Umrah, dan Ramadhan ke Ramadhan terdapat ‘kendali’ yang menjamin tidak adanya dosa-dosa besar yang dilakukan.”
Dari segi fisik, puasa meningkatkan kesehatan badan. Puasa mengusir zat-zat pengotor (perusak) tubuh, meringankan perut, membersihkan darah, memudahkan kerja jantung, mencerahkan pikiran, memperbaiki jiwa, dan membentuk sifat disiplin. Ketika seseorang melakukan puasa, jiwanya merendah, hatinya pasrah, ambisi-ambisinya terkendali, dan segala hasrat badaninya tersingkir. Dengan demikian, doa-doanya terkabul karena kedekatannya dengan Allah. (kepatuhan terhadap ajarannya)

Ada rahasia besar dalam puasa: yaitu pengabdian terhadap Allah dan pencarian ridhanya dengan kepatuhan terhadap perintah-perintahNya dan ketaatan terhadap hukum-hukumnya, dengan mengabaikan keinginan-keinginan pribadi, (khususnya) untuk makan dan minum. Dengan demikian, puasa berarti kemenangan seorang Muslim atas hasrat-hasratnya, keunggulan seorang Mu’min atas dominasi batin (subyektifisme-nya) sendiri. Itulah separuh sabar. Siapa yang berpuasa tanpa alasan yang baik (benar), dia tak akan bisa mengendalikan diri atau menaklukkan nafsu-nafsunya.
Secara keseluruhan, puasa adalah latihan hebat bagi jiwa, untuk membuatnya mampu menanggung beban dan menunaikan tugas-tugas seperti jihad, berkorban dan tampil sebagai pemimpin. Maka ketika Thalut hendak memerangi musuh-musuhnya, Allah menguji pasukannya dengan sebuah sungai. Thalut berkata kepada mereka, “Awas, sekarang Allah akan menguji kalian dengan sebuah sungai. Siapa yang meminum airnya, maka dia bukan pengikutku. Sebaliknya, siapa yang tidak meminum airnya, itulah pengikutku yang sebenarnya. Tapi mudah-mudahan Allah memaafkan dia yang hanya meminum secidukan tangannya.” (baca QS. 2:249). Siapa yang bersabar dan mengendalikan hasrat-hasrat badaninya, dialah orang yang berhasil. Sebaliknya, siapa yang memuja hasrat-hasrat dangkalnya, berarti memalingkan diri dari jihad. (perang melawan nafsu).

Dengan demikian, hikmah puasa bisa kita simpulkan, bahwa Puasa menyadarkan seseorang akan kehadiran Tuhan, kepatuhan terhadap perintah-perintahnya, dan penaklukan atas hasrat-hasrat badaninya. Puasa menjamin keungulan atas nafsu dan membuat si Muslim siap menghadapi situasi-situasi yang menuntutnya untuk berkorban. Puasa menjamin dirinya untuk mengontrol anggota tubuh dan hasrat-hasratnya. Menjamin kesehatan badan dan mencegahnya dari berbuat salah. Puasa juga menimbulkan kebersamaan, persaudaraan, dan rasa empati kepada mereka yang lapar serta membutuhkan bantuan. Hidup saling berkepedulian. Semoga hikmah itu bisa kita laksanakan dikehidupan. 

Catatan:
Pernah di terbitkan di media cetak Tanjungpinang Pos Bulan Juni 2013

Tidak ada komentar: