Kamis, 29 Desember 2011

IMAN DAN ILMU PENENTU AMAL

Iman dan Ilmu menentukan amal. Begitulah harusnya manusia dalam menjalankan poses kehidupannya. Dan, harap diingat bahwa yang disebut Iman dan Ilmu di sini adalah “Segala isi hati dan otak”; sedangkan amal adalah “segala tindakan yang digerakkan oleh Ilmu tersebut”.
Segala yang ada dalam otak=hati kita, selanjutnya  oleh mekanisme otak dibentuk menjadi “sistem pengetahuan” kita. Lebih lanjut, karena otak menjadi pengendali segala sistem dalam tubuh, maka ibarat komputer sistem pengetahuan kita itu selanjutnya menjadi “sistem operasi”, yang menentukan segala gerak-gerik kita, baik yang tersadari maupun yang bersifat refleks. Dengan kata lain pada hakikatnya kita ini adalah robot dari segala isi otak (= ‘ilmu dan Iman’).

Ilmu menentukan tindakan. Tindakan membuahkan hasil karya (produk), dan juga citra (image), yang menjadi identitas kita. Identitas (tanda pengenal) ini, terlepas dari identitas Fisik yang dibentuk Sang Pencipta, seperti sesuatu yang benar-benar merupakan ‘ciptaan’ kita, tepatnya merupakan ciptaan sistem pengetahuan itu. Dalam bahasa psikologi (ilmu jiwa), identitas itu disebut kepribadian (personality). Dalam istilah orang Islam, namanya akhlak (akhlāq). Istilah ini sangat tepat. Akhlāq, jamak dari khuluq, berpangkal pada kata khalaqa, yang berarti menciptakan. Siapa yang menciptakan akhlak kita? Kita, dengan Ilmu allah/ Ajarannya.
Dalam setiap sistem pasti ada pangkal atau pusat kendali sistem. Dalam tubuh kita, pangkalan kendali sistem (tubuh) itu adalah otak. Dalam komputer, namanya harddisk. Tapi, dalam komputer, harddisk itu adalah perangkat keras (hardware). Ia sangat penting, tapi bukan penentu gerak (operasi) komputer. Yang menjadi penentu gerak bagi komputer adalah perangkat halus (software) yang disebut program. Program ini, hakikatnya, adalah kumpulan dari puluhan sampai ratusan rumus matematis yang disediakan untuk ‘dibaca’ oleh perangkat keras komputer.
Bagaimana dengan sistem dalam diri kita? Sistem dalam komputer sebenarnya hanya meniru sistem dalam diri kita. Kita punya perangkat keras, yaitu tubuh. Kita juga punya perangkat halus, yaitu jiwa. Tapi apakah jiwa kita sama dengan program pada komputer? Tidak. Jiwa hanya ibarat listrik, yang membuat komputer menyala, tapi tidak bisa mengerjakan apa-apa. Komputer baru menjadi “cerdas” setelah diisi program. Begitu juga dengan manusia. Manusia baru menjadi cerdas, siap kerja, setelah badan dan jiwanya diisi “Iman dan Ilmu”. Begitulah seharusnya. Tetapi perlu di ingat juga Iman dan Ilmu penentu Amal ini nanti akan benilai haq dan juga bernilai bathil. Tergantung pada manusianya, jiwa dan otaknya di isi dengan Iman dan Ilmu apa? kesimpulannya apabila jiwa dan otaknya di isi dengan Iman dan Ilmu yang haq maka kecerdasan, serta hasil pekerjaannya akan benilai barkah serta makmur lagi memakmurkan di setiap sudut kehidupan. Begitu juga sebaliknya, jika jiwa dan otaknya di isi dengan Iman dan Ilmu yang Bathil maka kecerdasan dan hasil pekerjaannya akan berbuah kehancuran kehidupan yang tiada tanding (kemiskinan, kemelaratan dan pemerasan manusia dengan manusia, dan lain-lain) atau  kehidupan Jahiliyah.
Inilah sedikit uraian singkat………….
Penulis, mohon maaf, jika ada ketidaksaman dalam pemahaman kita. serta adanya
kekurangan dalam penulisan ini. Terimaksih.. 
Billahittaufiq Walhidayah
Wassalmu’alaikum Wr. Wb.

                                                                                              

Tidak ada komentar: